Kamis, 29 November 2012

Biarkan Mereka Meraihnya !!!


Sesungguhnya Agama Islam tidak akan tegak dalam jiwa-jiwa kaum muslimin dan tidak pula pada dunia nyata kecuali dengan menegakkan perjuangan dijalan Alloh(jihad) dengan seluruh penopangnya, Dan kejahatan para perusak di muka bumi ini tidak akan terhenti kecuali dengan kekuatan yang menggetarkan mereka dan jihad yang menghancurkan segala kekuatan yang mereka miliki.
Perseteruan antara al-haq(kebenaran) dan al-batil(kebatilan) adalah ketentuan yang pasti berjalan, dan selalu saja pendukung kebatilan lebih banyak jumlahnya dari pendukung kebenaran, sedangkan kekalahan mereka dan penghancuran kejahatan mereka itu tidaklah mungkin berhasil kecuali dengan Al Jihad. Banyak dari manusia tidak tunduk kepada Al haq tanpa kekuatan yang menggiring mereka kepada hal itu.

Perjuangan fi sabiilillah itu akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Ia adalah jalan kejayaan umat ini dan kemenangannya, dan bagaimanapun ditebar duri-duri rintangan di depan lajunya, dan bagaimanapun musuh-musuh islam berupaya keras dalam memeranginya, melenyapkan pilar-pilarnya, menindas para pemeluknya, mengusir mereka, memfitnah mereka, menuduh mereka dengan kekurangan dan cacat, mencap mereka sebagai khowarij, militan dan teroris, maka tetap tidak akan berhenti alur langkahnya, dan akan tetap nampak cahayanya, akan melebar pengaruhnya, dan ia akan tegak berdiri selagi masih ada malam dan siang, dengan kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina, dan masalahnya berkisar pada kemenangan atau syahadah (mati syahid, yang juga kemenangan).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “akan senantiasa (ada) sekelompok dari ummatku berperang di atas al-haq, mereka menang atas orang yang merintangi mereka, sampai golongan terakhir dari mereka memerangi Al Masih Ad Dajjal”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Dan ada dalam Shahih Muslim Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan senantiasa dien ini tegak, berperang untuk mempertahankannya sekelompok dari kaum muslimin sampai hari kiamat tiba”.
Dan Shahih Muslim Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Senantiasa sekelompok dari umatku berperang di atas urusan Allah, mereka mengalahkan musuhnya, tidak memadhorotkan mereka orang yang menyelisihi mereka, sampai datang kiamat kepada mereka, sedang mereka di atas hal itu”.
Dan di antara fenomena kekuatan generasi dahulu dan kejayaan mereka adalah tegaknya perjuangan fi sabiilillah, dan ia adalah jalan yang darinya umat Islamiyyah menduduki posisi tertingginya dan kejayaannya, serta mengembalikan pamornya.
Dan setiap tarbiyah yang berdiri tanpa disertai ruh perjuangan/jihad dan tanpa mengaitkan realita sekarang umat ini dengan masa lalunya, maka ia adalah tarbiyah yang lemah, bagaimanapun upaya keras para pengusungnya dan apapun niat-niat mereka itu.
Dan tatkala umat Islamiyyah sekarang ini tidak mempedulikan terhadap sebab kejayaan mereka dan dasar ketinggian mereka maka Allah menghinakan mereka dan menguasakan atas mereka musuh-musuh mereka dan kita tatkala memberikan diri kita kepada dien ini, kita kembali kepada dien kita, kita mencari sebab-sebab kejayaan para pendahulu kita, kita mengamalkannya dan menampakkannya dalam dunia realita, maka sesungguhnya kemenangan berada di pihak kita dan kejayaan adalah syiar kita.
Dan pada masa kita ini mulai muncul kesadaran umat ini, merebak perlawanan terhadap orang-orang yang memerangi Islam dan pemeluknya, dan berkibar tinggi panji-panji perlawanan di Afghanistan, Palestina, Checnya, Fhilipina dan banyak tempat lainnya serta mulai ummat ini memahami tujuan-tujuan jihad dan maksudnya, dan ia menjauhi dengan kesadaran sendiri dari panji-panji kebangsaan, panji-panji pembebasan tanah air dan pembelaan terhadap pemerintahan sekuler.
Dan kita menunggu pertolongan Allah yang dekat untuk mengaitkan realita kekinian umat ini dengan masa lalunya, dan agar kalimat Allah-lah yang tinggi dan kalimat orang-orang kafir-lah yang terendah. Maka apakah ada orang yang menyingsingkan lengannya untuk berjuang, dan apakah ada orang yang mau terjun memerangi Ahlul Kufri wal ‘Inad, karena sesungguhnya termasuk pengecewaan terbesar adalah engkau melihat Junudurrahman (tentara-tentara Ar Rahman) dan ‘Asaakirul Iman (prajurit-prajurit iman) memerangi zionis dan salibis sedangkan engkau ada bersama al khawalif (orang-orang yang duduk menyelisihi mujahid, tidak berjuang), engkau tidak berjuang langsung dengan dirimu padahal engkau mampu dan dibutuhkan, dan engkau juga bakhil dengan harta yang dimiliki, Allah Ta’ala berfirman:
“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akherat berperang di jalan Allah, barangsiapa yang berperang di jalan Allah lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo’a, “Ya Robb kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekkah) yang dholim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” (QS. An-Nisaa’: 74-75) Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala untuk berjuang dalam rangka meninggikan kalimat-Nya dan menyelamatkan mukminin dan mukminat, serta membebaskan mereka dari tangan-tangan kafir yang dzolim lagi aniaya.
Para ulama telah bersepakat terhadap kewajiban memerangi orang-orang kafir yang “lancing” menduduki negara kaum muslimin, bila kejahatan mereka itu bisa ditangani oleh penduduk negeri yang diduduki atau dirampas maka kewajiban sudah gugur dari yang lain. Dan bila penolakan atas kejahatan mereka dan kedhalimannya tidak teratasi oleh penduduk negeri yang diduduki itu maka wajib atas orang-orang yang dekat dengan musuh dari penduduk negeri-negeri lain menolong saudara-saudara mereka dan menghadang gerak langkah orang-orang kafir itu. Dan kewajiban ini tidak gugur dari pundak kaum muslimin sampai musuh diusir dari negeri kaum muslimin.
Dan dalam perang ini tidak wajib ada izin dari pemimpin, apalagi kalau si pemimpin itu telah mengkhianati agamanya lagi mencampakkan aturan-aturan Allah, dan jihad yang wajib ‘ain.
Para ulama tidak berselisih bahwa tugas paling utama para penguasa adalah menegakkan syari’at Allah, menjihadi orang-orang kafir dan murtaddin serta menolong Islam dan kaum muslimin di seluruh belahan dunia. Dan bila mereka tidak melakukan hal itu, maka apa gerangan tugas mereka itu??.
Alangkah butuhnya umat ini kepada para ulama yang jujur dan mengkritisi para penguasa dan mengingkari di hadapan mereka keburukan perbuatan-perbuatan mereka dan kenistaan tingkah laku mereka. Dan alangkah butuhnya umat ini kepada tokoh-tokoh yang jujur yang mengerahkan seluruh kemampuannya dan menggunakan waktunya dalam melawan orang-orang kafir dan menghadang sikap aniaya mereka, serta mereka mencari syahadah sebagimana orang-orang kafir mencari kehidupan.
Orang yang terbunuh dalam jihad ini dalam keadaan maju tidak mundur adalah syahid fi sabiilillah. Sungguh telah ada dalam Shahih Muslim (1915) dari jalur Suhail Ibnu Abi Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid. Dan siapa yang mati di jalan Allah maka ia syahid. Siapa yang mati dalam wabah Tha’un maka ia syahid. Serta siapa yang mati dalam sebab penyakit perut maka ia syahid.”
Hadits-hadits mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan bahwa jihad di jalan Allah adalah tergolong amalan paling utama dan orang-orang yang menjalankannya adalah tergolong hamba-hamba yang paling utama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditanya tentang amalan yang membandingi jihad fi sabiilillah Azza wa Jalla? Beliau berkata: “Kalian tidak akan mampu,” mereka mengulangi pertanyaan kepada beliau dua atau tiga kali, semua itu beliau jawab: “Kalian tidak akan mampu!” Dan ketiganya beliau berkata: “Perumpamaan mujahid fi sabiilillah adalah seperti orang yang shaum yang berdiri shalat lagi khusyu’ dengan ayat-ayat Allah, ia tidak menghentikan diri dari shaum dan shalat sampai mujahid fi sabiilillah Ta’ala pulang,” (HR. Muslim).
Dan ada dalam Ash Shahihain bahwa Abu Sa’id Al Khudri radliyallahu ‘anhu, telah berkata : “Dikatakan wahai Rasulullah, manusia macam apa yang paling utama?” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Mukmin mujahid fi sabiilillah dengan jiwanya dan hartanya.” Mereka berkata, “Kemudian siapa?” Beliau berkata : “Mukmin yang berada di suatu lembah, dia bertaqwa kepada Allah dan ia meninggalkan manusia dari kejahatannya.” (Shahih Al Bukhari (2786) dan Muslim (1888)).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Demi Dzat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh saya ingin saya ini terbunuh di jalan Allah kemudian saya hidup kemudian saya terbunuh kemudian saya hidup kemudian saya terbunuh “ Diriwayatkan oleh Al Bukhari 2797 dan Muslim 1876 dari jalan ‘Umarah, berkata: Abu Zar’ah Ibnu ‘Amr Ibnu Jarir telah mengabarkan kepada kami, ia berkata: “Saya telah mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ….. dengannya.
Dari Anas radliyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah seorang meninggal yang memiliki kebaikan di sisi Allah (terus) ia ingin kembali ke dunia dan bahwa baginya dunia dan isinya, kecuali orang yang mati syahid, karena ia melihat (pahala) dari keutamann syahadah, maka sesungguhnya ia merasa senang bila kembali ke dunia kemudian ia terbunuh sekali lagi” (Diriwayatkan Al Bukhari dari jalan Abu ‘Ishaq dari Humaid dari Anas. Dan diriwayatkan Al Bukhari 2817 dan Muslim 1877 ).
Dan Nabiyyullah Sulaiman telah berangan-angan ingin memiliki banyak anak supaya mereka menjadi para pendekar yang berjihad di jalan Allah. Riwayat ini ada dalam Ash Shahihain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar